TEJA SIMUNJAN
Aku kembali menjenguk wajah kekasih
setelah tiga dekad dipisah masa menyusur perjalanan
dan seperti dulu, kau masih resah pada tebingmu
yang parah dihakis, dihiris arus Sadong yang bengis
tanpa simpati meranap pangkalan kehidupan
menghumban titian usang ke dasar dalam
tinggallah tunggul-tunggul terpacak di tebing
seperti anak-anak terdera
luka, duka dan terpenjara
Di dadamu aku pernah bernafas sebebas unggas
membina pentas budi di persada pertiwi
mendukung lakonan cerita manusia
yang tidak kenal erti luka
tidak mengerti erti duka
meniti malam durja dengan seluruh upaya
menjunjung obor murni di puncak mercu diri
tanpa kesal pada senja yang kian gila
Yang amat kuimpi hanyalah wajahmu
terlukis seribu cita untuk hidup seribu masa
terlakar potret harapan di tengah kalut laut
lanskap bahagia mentari harmoni dan hujan harapan
pelengkap wawasan membentuk pekan
mewah, gah, gagah dan bertuah
setelah sekian waktu
diselimuti teja senja
digelapi malam suram
Simunjan
September 2004