Menyusur alir arus sungai Semariang pagi itu
kutatap tenang di wajahmu
rawang bakau menghijau
jangkarnya menunjang selut
ruang belacak berhimpun
warna pesona terpantul di dada
desir dedaun adalah melodi pawana
busa semilir dan gemersik suasana
cicip kedidi dan seru cemara
gema irama fauna
menjadi simfoni sungai Semariang
di tebing berselut buaya terlena
dengan matanya yang kuyu
menatap bangau berdiri di sudut sunyi
dalam sepi yang menggugah hati
ada raung sepasang memerang
mengusir lawan dari daerah tawanan
buaya ikut akur meluncur ke dasar sungai
pagi itu sungai Semariang menerima tetamu
perakam masa dari balkoni senja usia
hadir disambut lumba-lumba menari di muara
entah mengapa puteri Santubong enggan bersama
di kaki gunung pondok usang menahan badaian masa
istana duyung tersergam di Pasir Pandak
sedang di laut puluhan nelayan melawan ombak
demi kehidupan yang penuh berkat
menyusur sungai Semariang
berliku dan bercabang
ketika mentari di penggalahan
ketika helang melayang
kuterima pesan dari alam
-Usah kau bunuh kami
demi kekayaan yang terlarang-
pagi itu kami ikut menyanyi
simfoni sungai Semariang
lagunya adalah gusar anak alam.
31 Mei 2011.