TEJA SIMUNJAN
Aku kembali menjenguk wajah kekasih
setelah tiga dekad dipisah masa menyusur perjalanan
dan seperti dulu, kau masih resah pada tebingmu
yang parah dihakis, dihiris arus Sadong yang bengis
tanpa simpati meranap pangkalan kehidupan
menghumban titian usang ke dasar dalam
tinggallah tunggul-tunggul terpacak di tebing
seperti anak-anak terdera
luka, duka dan terpenjara
Di dadamu aku pernah bernafas sebebas unggas
membina pentas budi di persada pertiwi
mendukung lakonan cerita manusia
yang tidak kenal erti luka
tidak mengerti erti duka
meniti malam durja dengan seluruh upaya
menjunjung obor murni di puncak mercu diri
tanpa kesal pada senja yang kian gila
Yang amat kuimpi hanyalah wajahmu
terlukis seribu cita untuk hidup seribu masa
terlakar potret harapan di tengah kalut laut
lanskap bahagia mentari harmoni dan hujan harapan
pelengkap wawasan membentuk pekan
mewah, gah, gagah dan bertuah
setelah sekian waktu
diselimuti teja senja
digelapi malam suram
Simunjan
September 2004
3 comments:
Simunjan-itu kenangan sekitar tahun 1990-an. ketika itu Simunjan pekan sederhana dan senyap. Anak-anak gadis berbasikal dan ketawa girang.
Saya bercinta dengan Simunjan dalam tahun 1973 dan berpisah pada tahun 1976. Pekan yang tak terlupakan ...
When you dink the water, remeber the sping..pepatah Cina
Sebelum mendirikan rumahtangga sekitar 2001, saya pernah ke Simunjan hanya menunggang motorsikal (jadi pembonceng)..pengalaman cukup indah dan berani...maklumlah jiwa brutal masa tu..meredah jalan2 hutan...jalan2 batu besar...menyeberangi Sungai menaiki kapal pukat kecil (bawa motorsikal)...dari jam 12.00 tgh...ke masuk Maghrib barulah sampai ke Pekan Simunjan...saya begitu terpaut dengan pekannya....saya ke rumah rakan karib di Kampung Kelakak sebenarnya
Armiza Nila
Post a Comment