SEMALAM kurenung ombak yang menghempas pantai
memecah ketenangan senja
diriku dihempas alunan suara manis di sisi
Hari ini aku jauh di Ulu Sadong
Kuala sana hanya tinggal dalam khayalan
entah bila kan menjenguk lagi
Cinta ini tidak seindah Romi dan Juli
tapi keindahan yang dikecap kerana
antara hati dan hati - memberi
- memahami
- mencintai
- merindui
kini perjuangan hanya dengan sebatang pena
dan dia bersama novis yang dahaga
moga esok kedua bercantum menggoncang dunia
bersama - satu nada
- satu rasa
- satu jiwa
(Dipetik dari antologi puisi bersama: BUIH DI AIR : 1976)
senja itu ketika mentari melangkah lesu ke arah kamarnya
dan nelayan Kuala Tatau berdayung menghampiri pantai
membawa balik anugerah dari laut
kau dan aku bersama menghias pantai
dengan warna pelangi dan sebuah mimpi
bersama kita menulis lirik melodi syahdu
bersama kita membicarakan tentang sepasang merpati putih
yang mahu menjelajahi kamar malam dengan seribu mimpi indah
Tentu kau masih ingat
tentang sebuah potret yang kita lukiskan bersama
kini sudah pudar warnanya
masa berlari melintasi kita
dua dekad yang telah dihabiskan
bersama dengan sebuah harapan yang sudah tiada
api yang kita nyalakan di tepi pantai
sudah lama ditelan ombak
anak-anak nelayan yang kita didik di sekolah rendah
kini menjadi seorang ayah yang mengharungi laut
senja yang kita nikmati bersama
sudah lama berlabuh di kamar malam
kukira penantian ini telah melepasi musim
merpati yang pulang tidak membawa sebarang berita
tentang malam-malam yang kau lalui
Sutinah...di manakah tempat pertapaanmu
bersama puteri Santubong
atau berselindung di sebalik potret Monalisa
Percayalah..cerita senja di Kuala Tatau yang kita nukilkan
masih menjadi kenangan dalam hidup ini
walaupun masa untuk pertemuan terlalu jauh untuk kita kejari.
Kuching
25 Julai 1991
(puisi yang saya tulis sekitar tahun 1991 ini dipetik dari Antologi ' SATU PERASMIAN' yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Cawangan Sarawak dalam tahun 1992)