Menelusuri jajaran waktu –
antara helai-helai memori
kuselit cebisan nota hati
tentang mimpi
menggenggam api
tinggal bara
-telah kulupa
ada raga tercedera
dicantas pedang sengketa
tika musim memburu
luka bernanah resah
dijerat perangkap cinta
berparut dendam di wajah
tinggal menjadi sejarah
mimpiku dihambat dahina
menjadi debu haru
berserakan di tugu pilu
terbakar dik mentari pagi
aku harus terima
bahari mendidik insani
membentuk manusiawi dalam diri
menjadi darwis
terpenjara di pesawangan
merdeka di jiwa
Ketika tirai senja dilabuhkan
aku harus tahu sasaran
mencari titik pertemuan
kerana di
peta menuju EUFORIA
16 Julai 2008
5 comments:
saya sukakan puisi ni, tapi saya lebih suka tengok gambo lelaki berbaju jingga dan latar gambo trsebut. salam.
Pemuda berbaju jingga itu antara yg bercinta dan terluka s emasa menjejak kakinya ke Mukah. Dah sembuhkah lukanya?
Ku lungsuri laman teman
penuh puisi menghias taman
Ingin aku menjadi seperti mu
tapi sayang...aku tak pandai meniru:(
CT,
bukankah puisi itu suara hati? lakarkan suara itu ke atas kertas putih yang ada di hadapanmu. Biarkan ia mengalir seperti arus di sungai. Kami ingin terus mendengar suara itu.
Terima kasih atas dorongan mu...kan ku cuba! InsyaAllah...
Post a Comment