Supir tua memandu laju
sebuah Mercedes ungu
di atas jalan berdebu
membawa pemimpin ternama
seorang menteri dari kota
datang menjenguk kampung
penempatan setinggan di hujung tanjung
Melihat wajah simpati menteri
dengan ucapan bernas dan panas
supir senyum sendiri
masa pesta sudah tiba
ini waktunya dia bermanja
ini saat mereka bersuara
mintalah apa yang ada
tandas atau jalan raya
tentu esok akan dibina
Penduduk kampung kian girang
jalan raya luas dan terang
ada lampu di tepi jalan
ada pangkalan buat penambang
semuanya datang bagai mimpi
tapi yang penting sekali
pesan menteri bestari
'Jangan lupakan kami
pangkahlah dengan berbudi'
Balik dari kampung
supir diberi tugas baru
kata menteri ' Malam ini ada perjumpaan
antara saya dan golongan bangsawan
ikut serta masyarakat jutawan
pertaruhannya cukup lumayan
fikiran ini perlu ditenangkan'
Supir tua memerhati manusia
satu malam sepuluh ribu ringgit habis di meja
pemimpin masih boleh bercerita
tentang artis luar negara
teman melawat kota berdupa
Jam empat pagi supir belum bertemu isteri
pemimpin minta dibancuh kopi
mata perlu dibuka
hati perlu mengerti
inilah kehidupan supir VIP
April 2000
2 comments:
saya suka puisi ini yg bersahaja tapi penuh ironik dan retorika yg menggugah. salam hormat.
Terima kasih atas minat Dahiri. Saya amat menghargai pdgn sdr.
Post a Comment