menyusuri sejarah bangsa
tanah watan warisan nenda
kulihat jalan penuh liku
sukar dan perit
dibadai ribut sengketa
detik-detik menuntut merdeka
telah banyak perwira gugur
mempertahankan nusa
tika meredah rimba sengketa
angkara petualang durjana
telah kauselusuri lembah dan ngarai
lorong dan lereng
sungai dan tanjung
menjadi baluarti
tanah warisan leluhur ini
dengan jasad dan martabat
agar hilang setiap duri dan iri
terpadam pawaka dendam
terhapus curang petualang
agar ibu pertiwi menikmati tenang
rimba. flora dan fauna
mekara,segar dan sempurna
dan kita kembali damai
dihembus pawana merdeka
Aduhai sateria bangsa
telah menetes air mata
mengalir di pipi ibunda
telah tumpah darah merah
membasahi jasad nusa
ayah ibu didakap rindu
anaknya gugur di watas nusa
isteri dan anak-anak pasrah
pada ketentuan Ilahi
suami dan ayah kembali
dibaluti panji-panji
jumantara ikut menangis di pusara
mendayu di sebalik kerdipan kejora
bunga bangsa layu di pusara
hanya nafas-nafas rindu
membusa di watas waktu
hanya aroma kemboja
menusuk jauh di sudut kalbu
begitulah secebis pengorbanan
untuk tatapan anak bangsa merdeka
malam ini aku ingin bicara
tentang sejarah perwira
lantunan wajah kesateria bangsa
panglima gagah berani
menggempur onar dan duri
mencantas setiap ancaman anarkis
membunuh curiga dan dusta
jangan kita lupa atau buta
pada hati yang luka
menanggung beban nusa
memikul amanah negara
mempertahankan ibunda
sedang kita terlena di ranjang utama
damai bukan hadir bergolek
merdeka tidak diperolehi
dengan laungan suara-suara sumbang
tetapi dengan perjuangan pahlawan
dengan darah dan air mata
dengan nanah dan jasad yang punah
dengan tangisan jiwa yang lara
merdeka diperolehi
dengan penyerahan jiwa perwira nusa
menyisir pantai kehidupan bangsa
di bumi yang berkat dan mulia ini
kita bersama membangun
tanah tinggalan leluhur
agar sejahtera setiap warga setia
agar sentosa setiap anak bangsa
jangan ada yang lupa
pada jasad-jasad yang terkujur kaku
atau tubuh-tubuh yang tercedera
cacat sepanjang hayat
demi maruah bangsa
demi kedaulatan watan
demi kemaslahatan warga
sesekali, malam beredar siang berganti
pahlawan bangsa ikut terluka
oleh tikaman lidah-lidah dusta
mempersendakan sejarah perjuangan pahlawan
dan sesekali, perwira ikut terdera
oleh kata-kata nista
jiwa=jiwa paranoid dan parokial
terlupa betapa sukarnya
merintis jalan ke istana merdeka
betapa pahitnya
mempertahankan bumi merdeka
betapa lelahnya
mengisi tuntutan rakyat merdeka
kutulis puisi ini
untukmu pahlawan pertiwi
kurakam salam kutitip doa
buat pahlawan gagah berani
buat kesateria bangsa
yang gugur mempertahankan nusa
buat setiap parajurit pewaris nenda
yang menanggung luka dan duka
damailah dikau di tanah bertuah ini
malam ini,
malam kami menjunjung budi pahlawan pertiwi
perjuanganmu akan terpahat
kekal umpama tugu perakam masa
abadi dalam lembaran
sejarah perjuangan pertiwi.
1 Oktober 2011.
2 comments:
Fuh! macam Pahlawan Melayu dulu kala
Lama benar Fareez tak hadir ke blog abang ya. Abahmu seorang sateria bangsa juga
Post a Comment