Pagi jumaat yang dingin itu
kau terbaring dimamah gering
di atas ranjang tinggalan bonda
kutafsir bicara wajahmu yang pasrah
kau ingin menyusul ke sana
ke laman bonda di negeri barzakh
setelah sedekad terpisah
aku terjelepok di sisimu
merenung nafas-nafas akhir
membusa penuh tertib
sendu berlalu satu persatu
firmanNya mendayu, pilu
esak dan tangis menggenta nubariku
dan bumi ikut termangu
akhirnya kau dijemput ke sana
tanpa sesaat pun terleka
berakhir rindumu terlerai sendu
bermula rinduku teranyam pilu
kita dipisahkan tembok waktu
kita dipisahkan oleh kepastian
dan kematian itu satu kepastian
hujan enggan berhenti menangis
mentari enggan kembali
langit dibedaki warna kelabu
merbah enggan menyanyi seperti selalu
penaku enggan menari lagi
sirna kata-kata untuk sebuah puisi
kematianmu sangat menusuk nubari.
12 September 2011