Sungai Sarawak

Sungai Sarawak

Sungai Sarawak

Slide # 2

Slide # 2

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 3

Slide # 3

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 4

Slide # 4

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 5

Slide # 5

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Saturday, September 20, 2008

MENGENANG SI TENANG

Dari laut yang ganas

Si tenang bertemu Atan

membawa pesan peradaban

kepada Atan dipohon perlindungan

Si Tenang dan Atan menggamit nurani

menjalin kasih dua dunia

namun kematian pantas menerkam

setelah manusia kehilangan arah

gagal mentafsir makna kehidupan

lantas tersesat di rimba perundangan

Atan dan Si Tenang

bukan sekadar kisah manusia dan dugong

ia adalah terjemahan ulung

tentang kebobrokan manusia agung

Miri

17 Mac 1999

Friday, September 12, 2008

SEPERTI POHON KETAPANG DI TEPI JALAN ITU


KUSUSURI jalan berbatu

panjang dan berliku

kuturuni lembah payah

marah dan lelah

kudaki bukit resah

gundah mencelah

kutatapi dedaun ketapang

gugur di tepi jalan

menutupi bumi dengan warna mati

dan seperti pohon ketapang di tepi jalan itu

aku tabah merentasi waktu

berlabuh di dermaga kaku

sambil memunggah sisa usia


Telah lama kita tidak bersapa

ketika malam dilindungi awan durja

kerana diri yang terlena

sesat di dalam rimba mimpi

memburu dusta di padang ilusi

sedang Engkau tidak pernah berdusta

memujukku mendaki puncak cinta

di situ tempat bertapa

di situ tempat berpesta


Lalu kita terus berjauhan

kerana perpisahan yang disengaja

dan kesombongan yang menggoda

kuperolokkan keyakinan diri

kupersenda nyata kupuja alpa

kusemai benih kasih

di tengah malam jalang

kutiduri ranjang curang

tempat lahirnya petualang


Ketika kemarau meniti pagi

ketika musim layu merayu diri

kuluahkan kesal kubisikkan harap

jadilah aku sampah jalanan

menanti saat dipinggirkan


Biarkanlah aku di sini

menemani ketapang di tepi jalan ini

menjadi pelindung terik mentari

perakam sejarah diri

sambil menanti sedulang janji


Seperti pohon ketapang di tepi jalan itu

aku berdiri menanti

punggur kehidupan rebah di jalanan

tinggal sepi dan mati.

November 1996

Monday, September 8, 2008

GENTA SEPTEMBER



Telah begitu lama
kunanti dekri sakti
mengoyak tirai dogma
melindungi hipokrasi
membusa udara dusta dari pentas getas
mengusap penuh harap
pada suara dari rawa
menerajang bagai badai kencang
meranap punah deretan rumah
peneroka arca yang telah membina istana kaca
menyelinap ke hutan tembelang
menyusup ke ruang jalang

Datang september menggenta
membawa berkat menjunjung harkat
buat anak-anak yang tersesat
bukan waktu mengusungdogma rama-rama
indah dan mempesona
sirna di hujung senja

Sumpah sergah bicara madah
tidak upaya memulih daya
seluruh warga bersatu membatu
merobek pintu waktu
bertarung menjunjung budaya agung
yang terlindung di sudut restu
berrekad mendakap martabat yang terperap
memadam duka kota
September datang bersama badai kencang
menerjah awan hitam
meragut akar tunjang pohon usang
meranap punah resah payah istana goyah

September meresahkan
gentanya menerobos malam
mengundang petualang
memadam terang alam

Kulalui september yang keliru
resahku tidak lagi bersemi
malam semakin kelam
langit direntangi warna kematian

Taman Alma Jaya
Bukit Mertajam
17 Oktober 2001





Friday, September 5, 2008

TRAUMA II



KETIKA embun masih bertandang di hujung rumput

dan mentari masih lena di kaki langit

Noorfitri bertarung dengan sengketa

antara manusia yang lupa

nilai sebuah nyawa

lalu ia terjatuh di tengah pergelutan sumbang

terbaring di ranjang putih

menanti mati yang telah pergi

mengejar hidup yang kian gugup

kehidupan kian sirna

memapah diri yang terluka


Baru setahun Afiq pergi

membawa bersama seribu tuna

meninggalkan kezaliman yang telah mula dewasa

kita yang berdiri masih belum mengerti

bagaimana mengubati hati yang keji

lantas Noorfitri dilukai

seribu keperitan yang tidak tertahan

seperti kematian dewasa yang perkasa

kazalimankah yang sedang bertakhta?

atau kelukaan diri manusia tega

menjelajahi rimba kehidupan

yang penuh semak sengketa


Sengketa manusia sudah lanjut usianya

menyamai kehidupan yang termazkur

derita jiwa dan hiba fikiran

bukan sebuah keharusan merelakan seksa

tidak juga kehancuran kasih dijadikan jaring

bakal menjerut leher kebabasan

kerana ia tidak pernah meminta hiba


Semalam telah kita tabur kemboja di pusara

dan renjis air mawar tanda berduka

jangan lagi ada kematian

kerana kejelikan pekerti

manusia yang tidak memahami

erti tangisan seorang bayi.