Sungai Sarawak

Sungai Sarawak

Sungai Sarawak

Slide # 2

Slide # 2

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 3

Slide # 3

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 4

Slide # 4

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 5

Slide # 5

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Sunday, December 31, 2006

MARGHERITA















MARGHERITA
kaulahir dari benih sungkawa
bertongkat di tebing curam
melindungi resah tirani silam
dari deruan angin curiga
dari desahan ombak sengketa

Telah seabad kau menjadi perenung setia
menatap sejarah Ranee mengejar mimpi
mengutip cerita petualang menjunjung dusta
meratap pejuang kehilangan nama
menjadi arca prakarsa bangsa
membina syurga
atau kau sekadar potret usuang
citra leluhur yang terkubur

Margherita
asing namamu di bumi ini
mendongak kukuh seteguh ardi
namun kaulah saksi
mimpi tirani membina persada
di atas dada bangsa yang terdera

Margherita
engkau cerminan duka
tangisan bangsa terkurung di bilik alpa
terluka ditikam belati petualang
engkau tinggalan sejarah
perakam jelik haloba nafsu manusia
melupai makna merdeka
menjual martabat menggadai nilai setia

Margherita
kau tinggalan bangsa haloba
mercu tanda leluhur luka
menjadi tatapan bangsa
jangan lagi ada tanah terjajah
jangan lagi ada budi berinti iri
jangan ada minda terpenjara
jiwa terdera
jangan ada jasad terjerat
kota ini milik bangsa merdeka
berbicara seribu kata
pernah merobah peta dunia.

Kuching
November 2003






Thursday, December 28, 2006

PEJUANG

Dia berdiri di pentas bangsawan

pelakon utama sebuah drama tidak bernama

menghunus keris

resah dihiris

malam bertukar bengis


Pentas digelapkan pelakon bertukar

episod baru lagu sendu

penonton ikut sayu

suasana semakin haru


Seorang antagonis berseru

"Akulah pejuang

membanteras curang

biar kusergah leluhur penjajah

kita bersatu memperkukuh maruah"

penonton ikut ghairah

kita sudah punya khalifah


Drama berlatar sebuah kampung

zaman negeri digugat petulang

anak watan mempertaruh nyawa

menentang musuh saudara senegara


Malam semakin tua

Tirai pentas dilabuhkan

tanda berakhir sebuah drama

“kemenangan” milik mereka

negara aman pemimpin girang

Penonton senyum negaraku cemerlang


Di luar pentas penonton pulang

pejuang kembali sebagai penjaga dewan

malam esok cerita disambungkan

drama manusia menegak songsang


Anak-anak semakin bimbang

masihkah ada ruang

untuk kembali sebagai pejuang

apabila dusta dijulang

sejarah semakin curang.


28 Disember 2006









Wednesday, December 27, 2006

MONOLOG BARIO

Pagi diselimuti dingin hati
bermimpi bertemu mentari
yang tersembunyi di sebalik kabus pagi
Tamabu yang gagah berdiri megah
embun berhimpun mengetuk pintu waktu
santun merimbun di tengah laman
awan gemawan memayungi rawan

Ketika mentari menjenguk diri
teruna telah meninggalkan huma
gadis manis melupakan pakis
tinggallah ayah bertemankan sawah
tinggallah ibu didakap rindu
tinggallah pak tua meniti usia
Arur Dalan ditusuk kesal
tersanggat di atas Tanah Tinggi Kelabit
dihimpit perit langit sempit

Pak Marariw terjerat oleh hasrat
mengalir ke hilir mencari muara
terhalang oleh empangan kakksih
membina tasik teramat cetek
berjuta upaya menjadi jelaga
gagal menjana usaha
menghadirkan malam bercahaya

Sepi menjalar di dalam diri
ketika janji tinggal di tepi
malam-malam yang berlalu
ditemani pilu
cahaya yang tiba dengan bergaya
namun sinarnya sedetik cuma.

Bario
1 Julai 1998

Sunday, December 10, 2006

WARKAH BUAT LAILA

Lahirmu memaksa bulan tersenyum
dalam kegeringan dicantas awan hitam
akur pada perintah puteri kota
bakal menjunjung mahkota rimba

Esok kau akan terjaga dari lena
dan bertanya tentang mentari berwajah ungu
pepohon rebah dan layu
ikan menangis tercakar badannya
apakah jawapan yang ada?

Kau masih boleh bercanda
berpestalah tanpa rasa ragu
biar ayah berdiri di hadapan
menegakkan adicita

Esok bila semilir berlalu
kau datanglah padaku dengan sebuah harap
hari-hari yang berlari
mempastikan bulan dan mentari bersenda
tiada cendala mengganggu mimpimu
selangkah ke hadapan bersama gerimis
berpaut pada cempaka
kejarkan rama-rama
rasanya esok masih dapat menjanjikan pesta

1993

MARSUM BUAT NAYAKA

Kutulis marsum ini buat nayaka
agar tidak lupa pada mereka di hujung kota
perih dan tersisih diselimuti dusta
setelah setengah dekad menunggu berita
tentang janji di kamar senja
menjadi pembela bangsa yang terluka

Setelah tiga dekad memerah keringat
sungai tersendu
memikul deretan beban
khazanah rimba dan toksik kota
menyusuri arus yang kian pengap
mengintai kematian yang kian hampir
setelah usia dimamah masa
diri dibelenggu borjuis asing
yang kini bergelar manusia penting

Kugapai dahan yang patah
kutangisi flora yang punah
kutemani daerah yang resah
menanti bicara adipati
tentang esok yang tidak pasti

Lalu tercatatlah madah derhaka ini
lahir dari hati yang tak pernah lupa
pada janji yang dijaja
ketika nayaka menghulur dusta
"kubina syurga di hujung kota
buat berteduh bangsaku yang berduka"

Hari ini kami telah sepakat
menyisih diri dari pemimpin keramat
akan kami bina sebuah nusa
panjinya keringat dan air mata
di dalam diri sudah terpahat resah dan curiga
setelah tiga dekad menjadi hamba yang merdeka.

Miri
1995


Monday, November 27, 2006

MENTARI JINGGA

Mentari berwajah jingga
seperti diselimuti senja
ketika siang terlalu muda
dan bumi terbakar jasadnya
seperti di serang garuda

Rimba menjadi debu
berterbangan asap kelabu
menutupi langit biru
hasilnya petaka
menutup pintu waktu

Alam diusik hiba
ketika mentari dibedaki duka
manusia teramat lupa
pada bumi yang kian tua
pada langit yang didera
pada diri yang kian merana

Langit kelabu adalah ingatan
untuk ayah yang membesarkan
untuk anak yang bertandang
di pinggir kehidupan

Mentari berwajah jingga
menangis di tengah kota
ada hati yang belum menegerti
nilai sebuah janji
ada suara yang berbicara
harga sebuah negara.

Miri
6 November 1997

Sunday, November 26, 2006

BALADA SUPIR TUA

Supir tua memandu laju
sebuah Mercedes ungu
di atas jalan berdebu
membawa pemimpin ternama
seorang menteri dari kota
datang menjenguk kampung
penempatan setinggan di hujung tanjung

Melihat wajah simpati menteri
dengan ucapan bernas dan panas
supir senyum sendiri
masa pesta sudah tiba
ini waktunya dia bermanja
ini saat mereka bersuara
mintalah apa yang ada
tandas atau jalan raya
tentu esok akan dibina

Penduduk kampung kian girang
jalan raya luas dan terang
ada lampu di tepi jalan
ada pangkalan buat penambang
semuanya datang bagai mimpi
tapi yang penting sekali
pesan menteri bestari
'Jangan lupakan kami
pangkahlah dengan berbudi'

Balik dari kampung
supir diberi tugas baru
kata menteri ' Malam ini ada perjumpaan
antara saya dan golongan bangsawan
ikut serta masyarakat jutawan
pertaruhannya cukup lumayan
fikiran ini perlu ditenangkan'

Supir tua memerhati manusia
satu malam sepuluh ribu ringgit habis di meja
pemimpin masih boleh bercerita
tentang artis luar negara
teman melawat kota berdupa

Jam empat pagi supir belum bertemu isteri
pemimpin minta dibancuh kopi
mata perlu dibuka
hati perlu mengerti
inilah kehidupan supir VIP

April 2000

Saturday, November 25, 2006

MEROBOH PENJARA BUDI

Lama telah kita rentasi
lorong waktu penuh sendu
dan kita terus terkurung di dalam kandang kealpaan
dipagari jeriji masa
dilingkari pagar duka

Tembok kezaliman semakin kukuh
membentengi penjara budi
membiarkan malam dihamili kecurangan
menelanjangi siang dengan pendustaan
lantas kita yang terperangkap
di persimpangan kesetiaan dan kebenaran
tersesat di tengah rimba kejujuran

Bukankah kita sudah teramat tua
untuk terus terpenjara
sedang pintu kebebasan
masih belum diketemu

Ayuh! robohkan saja penjara lama
yang telah mengurung budi
menjadi kita abdi
di tengah abad globalisasi

Miri
11 Mac 1999

MUTIARA





(Firman Allah: Dana dari tiap-tiap sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan,
semoga kamu dapat berfikir - Adz-dzaariyaat; ayat 49)

Telah kutafsir bait-bait puisimu
bicara cinta wanita
rakaman sejarah diri
ketika embun menitis ke bumi
ketika mentari menjenguk pagi

Telah kudengar raungan hatimu
tangisan isteri bercitra sepi
mencari teman bernama setia
memperkukuh istana yang dibina
tersesat di lembah sengketa

Lukamu terlalu parah
ditikam belati curang
lantas kauhukum setiap suami
yang terlupa membina mimpi
hanyut bersama arus ilusi
terdampar di muara fantasi

Telah kumengerti stanza lukamu
seorang isteri yang bersembunyi
di sebalik bait-bait puisi

Wanita itu mutiara
dari lembah cinta
memberi cahaya
kehidupan dua manusia
Adam dan Hawa.
Wanita adalah isteri
memberi semua milik diri
demi sebuah mimpi

Demi martabat insani
lelaki berdiri melindungi
wanita yang bergelar isteri
dengan luka dan duka
dengan nyawa dan harga diri

Jangan kauhakimi lelaki
di atas pentas cinta duka
seorang wanita yang terpedaya
lelaki adalah pembina
prasarana cinta
adalah penegak budaya
pendukung kehidupan berumah tangga

Demi seorang wanita
lelaki sanggup ke dasar laut
mencari sebutir mutiara
sebagai lambang cinta
seorang suami kepada isterinya.

Tuesday, October 31, 2006

AKU INGIN KE SANA

Selangan batu
tersadai di pantai
kubentuk menjadi kolek

Kolek bernama setia
kuhiliri sungai senja
kurentasi laut masa
mencari pulau bernama bahagia

Kupujuk ombak galak
kusisir desir angin
menjadi teman seiring

Aku ingin ke sana
dalam resah dan tenang

Thursday, October 26, 2006

SYAWALKAH INI?


SYAWALKAH INI?


Syawal ini hilal tidak kelihatan di langit

Baghdad dilitupi asap hitam

suara takbir dibatasi dentuman roket dan bom

masjid tempat bermandi darah

dan Iraq terus parah

Syawal di Palestin semakin genting

anak-anak kecil tidak sempat bergembira

hanya leraian air mata dan hiba wanita

hanya gelimpangan jasad pemuda

yang tidak mahu bangsanya menderita

dileburkannya sekujur tubuh di pagi raya

Syawal di Kashmir tiada lagi haruman kesturi

hanya hanyir darah pejuang menuju ke syurga

cukup sudah leraian air mata

cukup sudah tangisan hiba seorang bonda

manusia tidak berupaya membeza

antara keganasan dan erti merdeka

Syawal di Chechnya telah terlalu lama

disambut bukan dengan mercun dan bunga api

tapi disemarak dengan dentuman Kalashnikov dan roket

api kian membakar segala

yang tinggal hanya sisa-sisa manusia

meneruskan usaha untuk sebuah negara yang merdeka

di bumi yang penuh dengan sengketa


Syawal di negara Thai

sudah tiada lagi helai tawa

kerana takbir sudah ditukar dengan dendam membara

setelah ribuan nyawa yang tidak berdosa

dibunuh seperti menghapuskan ternakan

yang membawa bahaya

Begitulah dunia melihat insani

seperti menatap api yang digeruni

bukan cahaya yang menerangi

Syawal yang mulia

aku merindui pagimu yang menjanjikan

sebuah dunia yang mahu mengerti

makna sebuah harmoni

dari umat yang telah lama tenggelam

setelah tujuh ratus tahun mencorak alam

dengan kasih sayang dan salam


Salam Aidil Fitri

bukan masa untuk mengejar mati

bukan waktu untuk memburu lesu

salam pagi ini hanyalah suatu harapan

untuk sebuah masa depan

sebuah lukisan alam

potret panorama silam .

26 Oktober 2006




Tuesday, October 24, 2006

SUARA DI PAGI HENING

Gema takbir di pagi hening
ketika fajar mengukir senyum
butir-butir permata
trlerai dan berserakan
anak-anak di perantauan menyisir pantai kehidupan
terdampar di pinggiran
bersama teman menganyam doa

Bagi ibu-ibu yang tersisih di sudut kota
Aidil Fitri menyingkap nostalgia
pabila anak-anak berlari bermain bunga api
begitu jauh kesunyian membawa diri
berlari bersama semilir
dibuai alunan ombak
kecewa pada pelangi yang sirna
mimpinya berlalu bersama malam

Aidil Fitri
hadirmu menyingkap tirai hati anak pinggiran
suaramu membisikkan irama silam simfoni duka
larikmu adalah lukisan potret pujangga
yang tersanggat di laut kasih

Pagi hening diterangi lampu keinsafan
ada suara yang berbisik
membawa pesan dari seberang
hari ini kita tadahkan tangan
semoga esok tiada lagi bunyi tangisan

Miri
1992

Wednesday, October 4, 2006

PETUALANG




















Aku bercerita tentang wangsaku
seluar ungu berbaju biru
petualang sepanjang zaman
membakar hutan dan taman
lalu kurobah sejarah

Aku bersyair tentang masa luka
sebuah tanah yang terdera
oleh wangsa durjana
jadilah aku seorang pendita
menulis cerita seribu dusta


Thursday, September 7, 2006

PEREMPUAN TUA DAN KOTA














Perempuan tua itu

adalah warga tanah pusaka

penghuni setia penempatan setinggan

di hujung kota cinta Margherita

padanya inilah dunia besar

tempat memintal benang zuriat

membentuk tenunan berwajah seribu

menjadi hiasan kota

Perempuan tua itu

adalah teman setia

pusat pelupusan sampah kota

membina kehidupan masa depan

di dalam kota cinta

dengan kesungguhan dan ketekunan

Perempuan tua itu

tidak meminta emas di perut bumi

cukup dengan longgokan sampah

untuk diselongkar khazanah

bukan rimba seluas dunia

hanya sebidang tanah untuk sebuah rumah

tidak meminta kontrak berjuta ringgit

cukup dengan kerja pengutip sampah

Baginya kota itu bukan tempat berdusta

kota itu adalah cerminan tamadun bangsa

tempat membina cinta

tempat harmoni bersemi

tempat simpati berdiri

Perempuan tua itu

adalah anak merdeka

cucu cicit leluhur bangsa

yang suatu ketika dahulu

pernah menabur budi

mempertahankan pertiwi

dari dendam petualang

Perempuan tua itu

bukan pengkhianat yang membunuh

kehidupan sebuah negara

bukan seorang pembelot

yang telah melemparkan kesedihan

dan menumpahkan air mata bangsa

perempuan tua itu

adalah kita yang masih percaya

erti merdeka di tanah pusaka

oleh:Pharo Abdul Hakim

2003

Kuching

Monday, September 4, 2006

Senja Jingga










Sungai mengalir jingga

senja luka berwajah duka

menjadi potret waktu

dibingkai pohonan hitam

sesekali dayung dihayun

alun riak dan debur ombak

meramas tebing hening

terpegun kumenanti

malam seribu duka


Senja membawaku pergi

mencari taman bahari

menerobos waktu lalu

terperosok di lubuk hati


Senja jingga berwajah muda

menghias kota dan masa muka

aku terdera oleh warna masa

terdampar di pangkalan alpa

menanti waktu sendu

dimamah malam kusam








Tuesday, August 1, 2006

NUR RAMADAN















Sedetik yang kerdil
menyingkap sinar di ufuk lembayung
Ramadan menjenguk alam
melimpah cahaya kemuliaan
pada hati yang memahami erti penyerahan
pada jiwa yang mendamba keampunan
pada kalbu yang merindui kebebasan

Ramadan ini kuterima amanah
kehadiran yang membawa pesan hakiki
tentang kelewatan usia
berlari mengejar pangkalan waktu
dalam kesukaran kuteruskan keyakinan diri
jangan tersesat dan terjerat
dilingkari malam kelam
tanpa bulan tanpa bintang
tanpa cahaya penyuluh jalan

Namamu Nur Ramadan
hadirmu satu penantian
membawa seribu senyum pada wajah malam
dan aku pun menjadi tua selanjut usia dunia
dengan sejuta beban dan halangan menanti tiba waktu
menongkah arus di penghujung jalan

19 Oktober 2004
(endela Sarawak kluaran Dis. 2004)

Sunday, July 23, 2006

Mentari telah mati

Langit kirmizi berkaki sepi
membatas cinta manusia
pada laut yang tidak bernyawa
dicantas usia senja
jadilah pulau pelindung luka
oleh terjahan taufan malam kelam
membunuh mimpi pagi
dan mentari telah mati



Thursday, June 29, 2006

KEMBALI KE PULAU

(Kutinggalkan luka di pulau duka
lalu aku berhenti mengharap pada
janji laut yang tidak pernah setia pada cinta)

Sesekali dalam tenang
aku perlu melangkah jauh
ke pulau bening
mencari mentari pagi

Sesekali dalam sepi
aku harus berlari di pantai putih
mengutip sisa usia

Kegelapan malam di kota bingar
menambah resah
lalu malamku di sini
menjadi teman sepanjang zaman

Akan kuhilangkan segala perit
dipanah dendam semalam
yang bermula dari sebuah cerita cinta
tidak bernama

Di sini , di laut biru di pulau hijau
di pantai putih
kutemui hening alam

Betapa aku merindui
semalam yang kian jauh
dan aku terus dilukai

Di sini aku berlari mencari mimpi
yang hilang di malam kusam
akan kupulihkan segala resah
akan kuhilangkan segala perit

Langit kian hitam
laut kian geram
dan aku perlu berani
merentas taufan di hati
yang bertiup setiap detik usia

Kibarkan sahaja panji-panji kemenanganmu
dalam perang yang tak berhujung ini
aku pasrah pada ketentuan
yang tersurat di dalam sejarah diri

Aku akan kembali ke pulau seribu cerita
akan kulontar jauh
duka yang telah meranap
setiap benteng cintaku

Kiranya duka ini berakhir di sini
aku ingin kembali
menjenguk malam yang telah menjanjikan
setiap saat dan detik
dipenuhi mimpi berbalut kasih hakiki..

Tg Datu/Satang/Talang: Jun 2006

Saturday, June 17, 2006

PEREMPUAN TUA

Perempuan tua itu melangkah lesu
ke satu arah yang kian sunyi
suara alam kini bisu
tiada lagi nyanyi

Masa kian cemburu
malam kian resah
tiada ketemu teman baru
tinggal padanya pipi yang basah

Hati kian pilu
bila mata bertukar malu
dan hati kian rindu

Perempuan tua itu adalah permata
kujunjung menjadi pelita
biar bercahaya masa muka



SONETA PEREMPUAN TUA



PURNAMA DI KUALA

Jika kau mencintai seorang wanita, biarkan dia pergi. Jika dia kembali, dia milikmu. Jika tidak, sememangnya dia bukan untukmu........ANON

Monday, May 22, 2006

Kalah Bermaruah


Kalah biar bermaruah
patah biar berdarah
jatuh tidak mengeluh
gugur di gelanggang jujur
kecundang tidak temberang
hati yang suci
membuah simpati
diberkati Ilahi

....terhasil setelah menerima SMS teman yang kembali dari perjuangan...

Sunday, May 21, 2006

Sebelum Senja

Sebelum senja
indah menjengah
lalai dibuai
janji ilusi

sesudah senja
malam memanjang
gelap malap
dan kita pun bertanya
ke mana perginya
mentari pagi

Tuesday, May 2, 2006

PUTERA PEKASA

Hujung minggu lepas, saya ikut serta sebagai pemerhati di Mesyuarat Agung GAPENA. Persatuan Karyawan Sastera Sarawak(PEKASA) dijemput hadir sama . Selain PEKASA, PUTERA (Persatuan Penulis Utara Sarawak) yang dipimpini Abizai (tengah) juga ikut hadir. Terakam di sebelah kiri Abizai ialah setiausaha PUTERA, Poul Nanggang...

Friday, March 31, 2006

29 Mac 2006, jam 8.00 malam, diadakan pertemuan di DBPCS antara Tan Sri Ketua Satu GAPENA dengan pemimpin beberapa pertubuhan NGO. saya ikut serta, mungkin dijemput atas kedudukan sebagai seorang AJK PEKASA. Turut hadir Yusuf Fansuri, Radin, Jais dan lain-lain teman.
Kehadiran Tan Sri untuk menyampaikan maklumat awal tentang cadangan mengadakan Kongres persuratan Melayu di Johor dalam bulan September 2006 ini.
Apa yang menarik di majlis tersebut dan ingin saya perkatakan ialah beberapa quotation yang saya kutip sewaktu majlis berjalan; antaranya
GAPENA: Gabungan Pesara-pesara Nasional? (Gurauan Tan Sri)
'Bangsa yang merana"
Perkara 152 Perlembagaan Malaysia- kedudukan Bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan -tegasan Tuan Haji Sanib Said, Pengarah Muzium
Jentera penyelesaian masalah Bahasa bukan dipegan oleh intelektual tetapi oleh pihak teknokrat..
tindakan meminggirkan budayawan. Peminggiran golongan budayawan oleh elitis politik
Abdillah SM: Tertipu?

Saturday, March 25, 2006

mY, KAPIT MENJERIT PERIT

mY, puteri Kapit di kaki bukit menghimpit
ayu menjerit perit
di celah rimba tempat bertapa
melayari senja dan pohonan tua
tanpa salam teman
tanpa nyanyi kota
dingin mendakap puteri ayu
mY, Kapit dijamah rindu
terjerat di pekan sendu

mY, Kapit dihimpit perit
seperti Rejang terhalang lelah ilalang
didera pohonan rimba
hanyut dihambat kalut
antara ribut nafsu dan jerit haloba
puteri terperap di sudut pekan luka
detik waktu terlalu cemburu
debar cinta yang kian terduga
mY, Kapit menjerit
jeritmu kian perit

mY, Kapit tenang dialun arus resah
desah payah Rejang gagah
menongkah sejuta terjah
mengobati hati yang parah
mencari teman bicara
atau sahabat setia kala senja
aku ingin berdiri di tebing curam
menatap mentari terbenam
menjadi rakan tika malam semakin kelam

mY, Kapit di wajahmu kulihat kosong
di matamu kutatap rindu
bibirmu adalah rekah pilu
dan hatimu lukisan cinta
berdirilah di pelabuhan
sampaikan pesan pada awan
pada angin dan alunan ombak
biarkan alam menjadi pembicara

mY, Kapit aku hanya teman
datang bersama awan
hadir sesaat di batas resahmu
biar kubawa bersama segala duka
akan kulontar jauh di kota
agar kembali riangmu
dan terubat segala luka.

24 Mac 06
KAPIT

Sunday, February 26, 2006

LAGU CINTA SEORANG LELAKI YANG ENGGAN MENJADI TUACinta itu adalah sahabat setia
di atas petas duka
adalah malam bertemankan tenang
menelusuri gelap pekat
sesejuk angin dingin
mendakap pohonan cemara di batas kota

Aduhai cinta
bait-bait kata dari jiwa remaja
dianyam menjadi puisi
terungkap bahasa abadi
untuk disimpan sampai mati

Wahai cinta
aku sudah tidak punya upaya
melukis malam seribu bintang
bertemankan suara pungguk
bertenggek di ranting kering
sepi dan sendiri
berahi menatap kekasihnya purnama
jauh di cakerawala
bercanda ditemani gugusan awan gemawan
bintang kejora dan sejuta cahaya
menyala membakar luka
kekasih yang lara

Setiap gerak setiap langkah
melalui lembah dan lurah
kutemui anak muda
bercerita tentang cinta
larik-larik madah menggugah seribu wajah
membawaku menatap sejarah
Lantas, aku pun kembali
mencari semalam yang hilang

Saat mentari kembali
bersembunyi di sebalik banjaran gunung
air sungai mengalir menjadi permata
selembut sutera, mendakap tebing yang kedinginan
jadilah aku seorang lelaki
tertinggal di zaman silam
dan usiaku semakin muda
(atau akukah yang enggan menjadi tua?)
menggoda dengan kata-kata
menjadikan bunga di laman
kembali kembang menguntum harum
dengan seribu warna sejuta wangian semerbak nirwana

Malam ini aku ingin bercerita tentang cinta
cinta wanita dari lembah nirmala
melangkah berani, meredah musim yang tak pasti
ketika mentari masih terlena
dan bulan teramat lelah

Kulayari subuh bersamanya
merentas lautan bening
yang tiba-tiba bertukar menjadi taufan
gelora menggila dan ombak menerkam pantai
pantai terkulai
dan kita pun saling memahami
erti lukisan pada kanvas resah berwarna payah
di permulaan babak cerita asmara
dalam satu episod cinta manusia
bernama Adam dan Hawa
menjelajahi belantara masa

Dari resah dan payah
dari perih dan letih
dari gundah dan goyah
kita terus mendakap cinta
memugar makna
dengan upaya yang terbatas
-malam semakin kelam
-alam semakin faham
-dan kita semakin terhumban
di dalam gaung pentafsiran
merungkai makna cinta
cinta pada nama; nama menjadi hina
cinta pada wanita; wanita semakin tua
cinta pada harta; harta dipinang papa
cinta pada takhta; takhta jatuh melata

Lalu kita terus mencari
meredah lembah goyah
merungkai simpul-simpul gundah
menjelajah daerah yang pasrah
di sini kita ketemu istana cinta
tertinggal di tebing lara

Telah kutanya pada malam
makna sebuah cinta
malam diam membungkam
kutanya pada langit
langit dihimpit perit
kutanya pada bulan
bulan berselendang gugusan awan hitam
alam terlalu setia pada cinta
cinta pada Rabnya

Lalu apakah kita harus biarkan istana cinta
menjadi punggur menanti saat tersungkur?
apakah cinta hanya terucap
pada malam bintang terpadam?
atau kita hanya tahu makna cinta
di atas ranjang yang tidak bernyawa?
kita terus tersesat di lembah fikir dangkal

Cinta itu suara hati
dari lubuk yang sepi
di daerah hakiki seorang insani
yang mengerti makna bisikan hati
yang memahami letak kasih iman
tersiram dengan wangian amal
mengasyikkan rasa
dan kita terus terpelihara
dalam satu kelompok jiwa
bertandang di dalam sebuah bahtera
belayar menuju ke satu pelabuhan
di ufuk yang tidak bertepi

Kunyanyikan lagu cinta kasih setia
seorang lelaki yang enggan menjadi tua
detik demi detik diucapkannya falsafah cinta
cinta pada nama; tersurat menjadi madah pujangga
cinta pada manusia; terjunjung menjadi permata
cinta pada wanita; dipahat menjadi arca
cinta pada harta; untuk difahami erti duka
cinta pada Azza wajalla; membuah manusiawi dari seorang manusia
agar dapat kembali
bersama seribu janji
untuk bertemu-Mu ya ILAHI
berlindung di bawah rahmat-Mu
Ya Rabbi...ya Rabbi..Ya.. Rabbi



Malam Mentafsir Cinta
24 Februari 2006 di DBPCS