Sungai Sarawak

Sungai Sarawak

Sungai Sarawak

Slide # 2

Slide # 2

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 3

Slide # 3

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 4

Slide # 4

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 5

Slide # 5

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Sunday, December 31, 2006

MARGHERITA















MARGHERITA
kaulahir dari benih sungkawa
bertongkat di tebing curam
melindungi resah tirani silam
dari deruan angin curiga
dari desahan ombak sengketa

Telah seabad kau menjadi perenung setia
menatap sejarah Ranee mengejar mimpi
mengutip cerita petualang menjunjung dusta
meratap pejuang kehilangan nama
menjadi arca prakarsa bangsa
membina syurga
atau kau sekadar potret usuang
citra leluhur yang terkubur

Margherita
asing namamu di bumi ini
mendongak kukuh seteguh ardi
namun kaulah saksi
mimpi tirani membina persada
di atas dada bangsa yang terdera

Margherita
engkau cerminan duka
tangisan bangsa terkurung di bilik alpa
terluka ditikam belati petualang
engkau tinggalan sejarah
perakam jelik haloba nafsu manusia
melupai makna merdeka
menjual martabat menggadai nilai setia

Margherita
kau tinggalan bangsa haloba
mercu tanda leluhur luka
menjadi tatapan bangsa
jangan lagi ada tanah terjajah
jangan lagi ada budi berinti iri
jangan ada minda terpenjara
jiwa terdera
jangan ada jasad terjerat
kota ini milik bangsa merdeka
berbicara seribu kata
pernah merobah peta dunia.

Kuching
November 2003






Thursday, December 28, 2006

PEJUANG

Dia berdiri di pentas bangsawan

pelakon utama sebuah drama tidak bernama

menghunus keris

resah dihiris

malam bertukar bengis


Pentas digelapkan pelakon bertukar

episod baru lagu sendu

penonton ikut sayu

suasana semakin haru


Seorang antagonis berseru

"Akulah pejuang

membanteras curang

biar kusergah leluhur penjajah

kita bersatu memperkukuh maruah"

penonton ikut ghairah

kita sudah punya khalifah


Drama berlatar sebuah kampung

zaman negeri digugat petulang

anak watan mempertaruh nyawa

menentang musuh saudara senegara


Malam semakin tua

Tirai pentas dilabuhkan

tanda berakhir sebuah drama

“kemenangan” milik mereka

negara aman pemimpin girang

Penonton senyum negaraku cemerlang


Di luar pentas penonton pulang

pejuang kembali sebagai penjaga dewan

malam esok cerita disambungkan

drama manusia menegak songsang


Anak-anak semakin bimbang

masihkah ada ruang

untuk kembali sebagai pejuang

apabila dusta dijulang

sejarah semakin curang.


28 Disember 2006









Wednesday, December 27, 2006

MONOLOG BARIO

Pagi diselimuti dingin hati
bermimpi bertemu mentari
yang tersembunyi di sebalik kabus pagi
Tamabu yang gagah berdiri megah
embun berhimpun mengetuk pintu waktu
santun merimbun di tengah laman
awan gemawan memayungi rawan

Ketika mentari menjenguk diri
teruna telah meninggalkan huma
gadis manis melupakan pakis
tinggallah ayah bertemankan sawah
tinggallah ibu didakap rindu
tinggallah pak tua meniti usia
Arur Dalan ditusuk kesal
tersanggat di atas Tanah Tinggi Kelabit
dihimpit perit langit sempit

Pak Marariw terjerat oleh hasrat
mengalir ke hilir mencari muara
terhalang oleh empangan kakksih
membina tasik teramat cetek
berjuta upaya menjadi jelaga
gagal menjana usaha
menghadirkan malam bercahaya

Sepi menjalar di dalam diri
ketika janji tinggal di tepi
malam-malam yang berlalu
ditemani pilu
cahaya yang tiba dengan bergaya
namun sinarnya sedetik cuma.

Bario
1 Julai 1998

Sunday, December 10, 2006

WARKAH BUAT LAILA

Lahirmu memaksa bulan tersenyum
dalam kegeringan dicantas awan hitam
akur pada perintah puteri kota
bakal menjunjung mahkota rimba

Esok kau akan terjaga dari lena
dan bertanya tentang mentari berwajah ungu
pepohon rebah dan layu
ikan menangis tercakar badannya
apakah jawapan yang ada?

Kau masih boleh bercanda
berpestalah tanpa rasa ragu
biar ayah berdiri di hadapan
menegakkan adicita

Esok bila semilir berlalu
kau datanglah padaku dengan sebuah harap
hari-hari yang berlari
mempastikan bulan dan mentari bersenda
tiada cendala mengganggu mimpimu
selangkah ke hadapan bersama gerimis
berpaut pada cempaka
kejarkan rama-rama
rasanya esok masih dapat menjanjikan pesta

1993

MARSUM BUAT NAYAKA

Kutulis marsum ini buat nayaka
agar tidak lupa pada mereka di hujung kota
perih dan tersisih diselimuti dusta
setelah setengah dekad menunggu berita
tentang janji di kamar senja
menjadi pembela bangsa yang terluka

Setelah tiga dekad memerah keringat
sungai tersendu
memikul deretan beban
khazanah rimba dan toksik kota
menyusuri arus yang kian pengap
mengintai kematian yang kian hampir
setelah usia dimamah masa
diri dibelenggu borjuis asing
yang kini bergelar manusia penting

Kugapai dahan yang patah
kutangisi flora yang punah
kutemani daerah yang resah
menanti bicara adipati
tentang esok yang tidak pasti

Lalu tercatatlah madah derhaka ini
lahir dari hati yang tak pernah lupa
pada janji yang dijaja
ketika nayaka menghulur dusta
"kubina syurga di hujung kota
buat berteduh bangsaku yang berduka"

Hari ini kami telah sepakat
menyisih diri dari pemimpin keramat
akan kami bina sebuah nusa
panjinya keringat dan air mata
di dalam diri sudah terpahat resah dan curiga
setelah tiga dekad menjadi hamba yang merdeka.

Miri
1995