SEORANG PERWIRA DARI DESA DI PINGGIR KOTA
(Allahyarham Trooper 19151 Rosli bin Buang S.P. dalam kenangan)
Gema tiupan trompet Paluan Akhir
meluluhkan air mata
ada cerita luka, tertayang di layar
minda
ada raga didera duka, tanpa noktahnya
Pernahkah kita bertanya
nilai sebuah merdeka
yang kian hari kian kerap dipersenda,
pernahkah?
Enam Julai sembilan belas tujuh puluh
satu
tarikh pilu seluruh warga negeriku
Allahyarham Trooper Rosli bin Buang
anak nelayan dari desa di pinggir kota,
gugur di Cemor
mempertahankan maruah dan kedaulatan
negara
dari onar petualang yang menggugat tanah
merdeka
Apakah darah perwira yang tertumpah
ketika usia teramat muda
di kaki gunung Langkau itu
masih dalam ingatan bangsa?
atau hilang dari catatan sejarah
negara?
apakah mungkin kau dilupakan
setelah empat dekad berlalu waktu
pilu
tidak ! di mata dan hati bangsa
yang mengerti makna sebuah perjuangan
yang menghargai erti merdeka
yang memaknai merdeka
kau perwira perkasa
kau terus hidup setelah terhenti
usiamu
Telah empat dasawarsa berlalu
peristiwa
pemuda anak desa harapan ayah bonda
gugur seperti kemboja, mewangi di
pusara
kau tetap dalam ingatan keluarga dan
bangsa
sesekali, teringat pada surat
terakhirmu
luluh hati adinda yang kau kasihi
catatan tintamu memantulkan makna
sayang seorang abang
kekal menjadi sejarah keluarga
tercinta
" Adik sayang,
bulan ini abang terlewat
menghantar wang sakumu
kerana harus ke hutan
memburu musuh negara"
namun, yang adikmu terima
hanya jenazah bersalut jalur gemilang
tiupan trompet paluan akhir pagi itu
meluluhkan setiap tetes air mata,
langit dan laut ikut berduka
angin semilir terhenti membusa
unggas enggan bernyanyi
desamu kaku dalam sendu
Begitulah catatan yang benar
sejarah perjuangan perwira negara
tidak pernah terlupa oleh rakyat
jelata
walaupun terasa dendangan
kepahlawananmu
tidak terdengar gemanya
entah di mana silapnya?
Warga bumi merdeka tidak pernah lupa
semalam penuh dendam
petualang membakar belantara
dengan benci dan iri
hari ini ada yang ingin merobah
sejarah
petualang minta didendang
kami tidak pernah lupa
dogma yang dibawa dari negara
di mana mengalir sungai jingga
dengan panji-panji merah menyala
Malam ini kami kembali mengingatimu
perwira perkasa bangsa merdeka
pahlawan gagah berani
gugur demi tanah tinggalan nenda
kembali kepada Yang Esa
ketika usia teramat muda
ketika cintamu mekar dan segar
ketika rindumu melamar kamar hati
Malam ini kami ingin bertanya
masihkah ada catatan sejarah bangsa
seorang perwira dari desa di pinggir
kota
yang gugur di batas rimba?
atau, apakah kita sudah terlupa
menilai erti setia?
PHARO
BIN ABDUL HAKIM
1
November 2015