Sungai Sarawak

Sungai Sarawak

Sungai Sarawak

Slide # 2

Slide # 2

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 3

Slide # 3

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 4

Slide # 4

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 5

Slide # 5

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Sunday, May 6, 2007

AYAHKU PENJAJA ROTI

Ketika mentari memanah jemala
ayahku mengayuh basikal tua
sarat membawa muatan roti
untuk dijaja di pekan sepi

Ayah balik dari berjaja
ketika waktu menghampiri senja
walaupun peluh membasahi segala
ayah tak lupa dengan senyumannya
di basikal tergantung sayur keladi
ikan tenggiri dan sebungkus kopi
ibu menunggu keriangan
malam nanti ada hidangan
untuk keluarga tersayang

Malam tiba ayah bekerja
penjaga kilang papan tua
sebulan gajinya sepuluh ringgit cuma
cukup untuk belanja keluarga pertama
yang tinggal jauh di India

Jam lapan pagi ayah balik dari bekerja
terus ke kamar melelapkan mata
ayah tidur sehingga tengah hari
solat zohor perlu didiri
lepas solat ayah menjaja roti lagi
hasilnya sedikit cuma
cukup untuk belanja keluarga kedua

Pesan ayah padaku:
jangan suka membuang masa
kelak kita akan berduka
kalau ingin jadi pemimpin
belanajrlah dengan rajin
di sekolah biar dapat nombor satu
budak bijak sudah besar boleh membantu
tida berilmu kita rugi
sudah besar nanti jadi kuli
upah kecil sekali

Hari lahirku ketujuh
ayah beri hadiah
sebatang pensil berwarna merah
nasihat ayah padaku:
jadilah manusia pandai
membangunkan diri dan seluruh bangsa
jangan biarkan kedana bertandang di laman
nanti kita tertindas sepanjang zaman

Ayahku penjaja roti
mencari rezeki tak pernah berhenti
hidupnya menegjar sebuah mimpi
demi kami yang kurang mengerti
harga sebuah realiti
akahirnya ayah kembali menemui Tuhan Azza wajalla
setelah membina maruah dan martabat
untuk kenangan sepanjang abad.










2 comments:

Maslina Mahbu @ Armiza Nila said...

Salam bang Pharo,

Puisi kitak tok cukup menyentuh hati kamek sebagai anak seorang nelayan semasa kecil dulu.

Tak terasa mutiara jernih mengalir di dasar pipi.

Memang tak salah, bang Pharo - lah antara pilihan penyair (penulis) puisi di Sarawak yang saya kagumi.

Mungkin sedikit masa nanti kita boleh luangkan sedikit masa bersama untuk memperkatakan hasil penulisan puisi abang itu.

Tahniah atas kelangsungan dunia puisi abang.

Salam hormat,
Adik kecil - Armiza Nila

Penabahari said...

Armiza tidak kurang hebatnya sebagai angkatan baru yang konsisten dalam berkarya . Karya Armiza semakin hari semakin mantap .