Sungai Sarawak

Sungai Sarawak

Sungai Sarawak

Slide # 2

Slide # 2

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 3

Slide # 3

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 4

Slide # 4

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 5

Slide # 5

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Saturday, November 3, 2007

EMANSIPASI



SUBUH sunyi abah pergi
mengejar untaian mimpi
kehidupan bersulam erti
ditinggalkan sebuah janji
kembaranya pasti kembali

Tangannya pahat upaya
mengukir arca jiwa
Nusantara arah kembara
membangun syurga bentala
masa muka bersendi nama

Ketemu ummi di Nusantara
abah membina cinta
gadis pingitan di hujung kota
ketika usia teramat muda
ummi menjadi wanita waja
isteri kepada jejaka pengembara
demi sesuap nasi
dan denyut nadi
dua saudara

Abah dan ummi
meredah pelayaran hayat
dihempas ombak kesukaran
berbahterakan kasih sayang
dalam satu pelayaran
mencari pelabuhan
-emansipasi

Abah dan ummi membenih warisan
keluarga pemartabat bangsa
saudara bertujuh lambang cinta
seribu haluan di batas perjuangan
menegak agama, budaya dan
kehidupan insan

Empat dekad penuh berkat
abah kembali ke bumi sendiri
pada kami ditinggalkan pesan
letakkan ummi di persada kemuliaan
pertahankan kasih sesama insan
hapuskan sengketa sesama saudara

Di suatu pagi yang teramat sepi
abah kembali menemui Ilahi
rindunya pada kami
terakam di dalam sebuah puisi -
"Abah ingin kembali
meleraikan rindu di hati
namun upaya terlalu iri,
abah tinggalkan sebuah mimpi"

Kami terus mencari
mimpi abah tak ditemui
kata ummi -
"mimpi abah ada
pada setiap anaknya
yang memahami makna merdeka
dalam sebuah kehidupan
mentafsir erti bijaksana
menjunjung saksama di persada mulia"

Abah dan ummi melerai erti
mimpi itu emansipasi
kami yang tinggal mentafsir makna
simpulan kasih dan harga diri.

3 November 2007




6 comments:

Yusuf Fansuri said...

Sajak yang panjang memerlukan stamina tinggi... manipulasi bahasa yang bijak... sajak emansipasi masih terpaut dengan rangkaian pantun lama,secara jujur... sajak ini masih boleh diperbaiki kerana saya tahu abang pharo boleh melakukannya seperti sajak "tadi malam bulan bertandang"... Apapun untuk menghasilkan sajak panjang sebegini memerlukan daya cipta yang bukan alang kepalang...Teruslah mengalir....

Penabahari said...

Terima kasih adinda Yusuf. Perlu masa dan fokus untuk memperbaiki EMANSIPASI. Sajak ini terlalu lama terbengkalai.

dahirisaini said...

emansipasi puisi yg merungkaikan destinasi yg 'deep' daya piuc yang penuh retorik dlm seribu makna dlm luncuran bahasa kias yg 'sukar' diterka minda jika tak 'jujur' memahami. sebuah jalur puisi yg memerlukan stamina yg 'kuat' memahaminya. sayabas teruskan usaha anda. salam.

Penabahari said...

Dahiri,
Terkadang kita bertanya...benarkah emansipasi telah menghiasi diri atau kita masih berada di dalam kota seribu jeriji?

Maslina Mahbu @ Armiza Nila said...

Bang Pharo bertuah kerana punya darah kajukan yang bisa saja mengalirkan idea seni yang cukup mulus untuk pencinta puisi.

Teruslah merakam kenangan dalam rangkap yang cukup puitis ini.

Armiza Nila sentiasa teruja....bang!

Penabahari said...

Adik Armiza,
Teruskan aliran puisi Miza menyusuri lembah kenyalang ini....