Kutiduri malam bersamamu didakap dingin kuredah sepi pagi bersama suria yang terlena
Akulah teman senjamu berdiri di tebing sungai usia menatap teja semerah darah melantun warna luka dan merah itulah yang tertinggal bersama mimpiku
Kunanti sepenuh hati cahaya mentari pagi menembusi langit menghapus kabus kuingin melihat senyum dari wajahmu
Semerah teja di akhir senjamu seindah itulah mimpiku dan kita terus berbicara tentang cinta di akhir usia.
16 September 2007
7 comments:
CT suka puisi ini...terima kasih & wassalam
Salam Pak PenaBahari,
"cantik".
Salam,
CT: terima kasih kerana menyukainya saya senang sekali
Sdr Zul: Terima kasih atas penghargaan.
Sebuah puisi dalam semantik cinta, emmm tentu satu penelusuran rasa yang terlalu suci untuk diterjemahkan...
Salam FH,
Masa "bercinta" tidak pernah berakhir. Hamba senang melintas masa dengan bertemankan cinta.
kolek itu teroleng lemah
bila sesekali badai menerpa
tatkala bayu menampar mulus wajahku
ketika itu senja mula menyingsing
jingga mu mengasyikkan
seperti aq x mau kamu pergi
indah sungguh panorama mu
jika kamu pergi nanti
malam gelap dan kelam
kamu tahu?
aq setia di tunggul itu
setelah kamu melewati waktu
aq x henti mendongak kelangit
tunjuk bintang!
Salam Aq,
Bapak suka malam yang dipenuhi bintang. Bintang itu petunjuk arah ketika kita melayari bahtera di samudera luas
Post a Comment