Sungai Sarawak

Sungai Sarawak

Sungai Sarawak

Slide # 2

Slide # 2

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 3

Slide # 3

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 4

Slide # 4

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 5

Slide # 5

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Wednesday, February 28, 2007

ORANG SUNGAI


Orang sungai di persada
berbicara bahasa cinta
hatinya diusik sengketa
dendam membakar dada

Orang sungai di kampung
bertarung nyawa di laut
tiada tempat berpaut
jasadnya hanyut terapung

Orang Sungai di kota
mengumpul wang berjuta
terlupa di mana tempat lahirnya

Orang sungai terdampar di rimba
sabar menanti malam tiba
siangnya teramat mendera.

28 Februari 2007

CINTA KOTA MAGENTA

Kucuba fahami
makna warna
sebuah kota magenta
dibelah dua

Katanya cinta mengatasi upaya
lalu lahirlah zuriat bangsa
terlupa nilai bahasa
lalu dilakarnya
kota
berlatar magenta warna senja

Cinta di kota magenta
hanyalah cerita di hujung usia
riwayat hati meniti mimpi
memburu segenggam harap

Kota magenta kian luntur warna
seperti lukisan tinggalan purba
dicalit pena bertinta cuka
hanya air mata warga
membasahi parut luka

Wali sudah lupa
sejarah kota magenta
setiakah yang menyelinap jiwanya?
atau hanya sandiwara
di pentas penuh cerita duka.

28 Februari 2007

CAGAR ALAM GUA ANGIN


Kuselusuri jasadmu
dingin mendakap
resah diungkap
kekasih telah jemu

Di dadamu terlukis memori
semalam yang hilang
janji terlupa pulang
kita dibiar mencari

Aku telah melupai sejarah
yang membuat dadamu berdarah
manusia terlalu kejam terhadap alam

CAGAR ALAM GUA ANGIN
aku mengingati pagimu yang dingin
di dadamu tersimpan rahsia.

27 Februari 2007



Sunday, February 25, 2007

TEJA SIMUNJAN

AKU kembali menjenguk wajah kekasih
setelah tiga dekad dipisah masa menyusur perjalanan
dan seperti dulu, kau masih resah pada tebingmu
yang parah dihakis, dihiris arus Sadong yang bengis
tanpa simpati, meranap pangkalan kehidupan
menghumban titian usang ke dasar dalam
tinggallah tunggul-tunggul terpacak di tebing
seperti anak-anak terdera
luka,duka dan terpenjara

Di dadamu aku pernah bernafas sebebas unggas
membina pentas budi di persada pertiwi
mendukung lakonan cerita manusia
yang tidak kenal erti luka
tidak mengerti erti duka
meniti malam durjana dengan sepenuh upaya
menjunjung obor murni di puncak mercu diri
tanpa kesal pada senja yang kian gila

Yang amat kuimpi hanyalah wajahmu
terlukis seribu cita untuk seribu masa
terlakar potret harapan di tengah kalut laut
lanskap bahagia mentari harmoni dan hujan harapan
pelengkap wawasan membentuk pekan
mewah, gah, gagah dan bertuah
setelah sekian waktu
diselimuti teja senja
digelapi malam suram.

Simunjan
September 2004

SEPI SERAPI


Kucuba fahami
bicara lembah
jemu menunggu waktu

Alam tiada dusta
perakam setia
waktu-waktu yang lalu

Sungai saksi jujur
janji terkubur
masa menjangka
manusia teramat alpa
petualang dijulang
pejuang dirundung malang

Begitulah ardi mengingati
kata-kata manusia
bicara cinta
bumi ternoda
manusia didakap leka

Di hujung jalan ke selatan
Serapi berdiri sepi
tirani kembali
rimba dijaja
demi sebuah keluarga
pewaris takhta

Sesekali bertanya
dungukah yang menjalar
atau risau tidak berdasar
kita terus terdampar
di sudut belukar
seperti Serapi yang sepi
kita terus bermimpi.

18 Mac 2007

Saturday, February 24, 2007

SANKTUARI

Telah kesekian waktu
kuturuti jentikan fikirku
merawang ke dataran hipokrasi
menyelami nurani hati
pemidato kontemporari
bergema bahasa retorika
dalam satu sandiwara
di atas pentas kehidupan

Aku ingin sekali
melepaskan raungan jujur
membelah langit menerjah guntur
agar dapat kukosongkan
segala resah dari dalam diri
melemas rimas helaan nafasku
tersekat sumbat
menatap durja dusta
menghiasi galeri bumi

Biarkan aku bersendiri
di pesawangan ini
tiada benci, tiada konspirasi
tiada pembohongan di sini
kutemui dalam mimpi
ini sanktuariku!

Sanktuari!
ruang mencari diri
memahami erti insani
mentafsir makna kejujuran
dari perspektif yang lain

Sanktuari!
aku ingin mengumpul segala resah
untuk kuhumban ke medan berdarah
menjadi bahan peledak
memusnahkan gelisah
yang telah membunuh kebenaran

Sanktuari!!!

24 Februari

GALERI INSANI

Kutemui perempuan tua itu
di lembah dingin Kinabalu
berjual sayuran segar
wajahnya persis ibuku
sambil tersenyum dia menyap
aku mesra

Katanya "aku wanita Kundasang
berbakti pada bumi
kukumpul segala hasil
untuk belanja pendidikan anak
yang menuntut di tanah seberang
esok tentu dia akan kembali membawa reformasi
untuk tanah lembah bertuah ini
biar gemilang negeriku
dengan kemajuan yang cemerlang"

Wajahnya sebening pagi
harapan setinggi ardi
kata-katanya meruntun kalbu
seindah mutiara di laut Sulu
membuat mindaku dingin kaku
menatap kecekalan wanita di lembah Kinabalu
membenih subur pohonan harapan

Kukatakan padanya,
"Akulah pemuda dari tanah selatan
merakam potret kecekalan
untuk kujadikan pameran fotografi
di galeri kehidupan insani"

Katanya padaku,
rakamkan juga suara kami
wanita kehilangan suami
pamerkan pada dunia
wajah duka wanita
kami memusuhi sengketa
kami membenci haloba
jangan lagi ada pembunuhan
demi kesejahteraan alam

Perempuan tua dari Kundasang
duka yang menyelinap itu
bukan noktah kehidupan
sekadar satu persinggahan
dalam perjalanan yang jauh
pasti akan kurakam potretmu
antara ribuan wajah
menghiasi laman galeri Insani



Thursday, February 22, 2007

DI KAKI SENJA

Langit malam membisikkan rahsia purnama
datang membawa salam kasih
untuk diriku yang terkapar di tengah padang lalang
setelah disapa lembayung senja
yang membawa pesan suria
ingin kembali ke kamarnya
tanda berlalunya musim siang

Aku keliru dihambat kecelaruan
sesat di d alam cahaya
ketika menatap purnama
berbicara bahasa rahsia
tentang duka bintang di langit luas

Aku ingin kembali menjenguk pagi
ketika melihat purnama
berteman sejuta bintang
aku ingin berkasih dengan gunung
bercinta dengan rimba
bermesrta dengan sungai
biarkan senja berlari jauh dariku
biar kutinggal sahaja purnama
yang menanti dengan seribu harapan

Sesaat aku kembali
menatap mentari memamah diri
rupanya purnama hanya bayangan
di dalam angan-angan
dan aku terus terjaga
melihat senja merah jingga
tanda malam akan bertandang
dan tirai khayalan dilabuhkan

Malam telah lama bertandang
mendengar cerita cinta di awangan
cerita pungguk kehausan kasih
cerita purnam yang sudah berpunya
cerita senja yang kian alpa
dan aku yang terlena di kaki senja
ditinggal malam bersendirian

Ingin kukejar suria di kaki senja
ingin kuhirup bayu di awal waktu
agar hidupku terus bercahaya
di bawah naungan cinta

Disember 2004






Saturday, February 10, 2007

BIRU LAZUARDI

Aku lahir ketika siang datang
langit biru lazuardi merangkul mentari
tangisku menusuk kalbu ibu
seperti irama musim rontok
ibu tidak upaya memujuk
aku terbaring di atas lantai
di sebelah unggun api
terbuai oleh mimpi
merentasi musim tak pasti

Kata ibu
nama timanganku BIRU
warna rindu ibu
pada kehidupan lalu

Biru itu citra cinta
mendamaikan jiwa
dari lara tak bernama
begitu kata pujangga

Biru lazuardi
sebuah ilusi meresap di dalam hati
membentuk jiwa sepi
lalu aku bertanya pada diri
apakah kehidupan ini mimpi?

Biru lazuardi itu adalah aku
langit yang luas
lautan tak berbatas
saling berubah warna dan aura
menyelinap antara gelap dan terang
antara mentari dan bulan
antara awan dan mendung

Seperti ardi yang berdiri
sepi dan sendiri
kukuh menjadi tunjang bumi
biru lazuardi penyuluh mimpi
dengan pantulan cahaya
yang sukar dimengerti

Februari 2007

Tuesday, February 6, 2007

PENGEMBARA MASA


Garis telus merentangi lengkung biru
menerobos dinding zaman
terhenti waktu
salam dihulur
buat pengembara masa
melewati tingkat-tingkat usia

Kembaranya di ufuk tidak berbatas
mencari cahaya menerangi
kegelapan yang diwarisi zaman
biar cakerawala bernyala
biar jagatraya kilaunya berkala
teramat sukar mencari laluan firdausi
manusia masih memuja makara
mengatasi zat hakiki

Berlalu seribu z aman
perakam rentetan sejarah
langkah-langkah pengembara masa
berlari menjunjung obor
banyak yang terluka
lebih banyak yang berduka
teramat banyak yang didera
kerana membawa cahaya

Mentafsir makna jalur-jalur pancawarna
di atas kanvas kehidupan
pperlu kesetiaan
perlu kesungguhan
perlu keyakinan
kerana perjalanannya sudah ke penghujung
pengembara masa telah lama tiada.

Januari 2007




Sunday, February 4, 2007

SELAMAT PULANG,CIKGU

SELAMAT PULANG,CIKGU
(Allahyarham Cikgu Dato' Haji Hussain bin Hj Paris dalam kenangan)

Tiap pagi kau tiba
bersama basikal "Raleigh" tua
tanpa bosan, kau naiki anak bukit
untuk sampai ke sekolah tinggalan penjajah

Berjalan lalu di koridor itu
di tanganmu raga dengan muatan
buku, tabung air dan sekerat rotan
kau tersenyum menyambut sapaan
"Selamat pagi, cikgu"
wajahmu terlukis azam
memupuk subur jiwa remaja
dengan bahasa jiwa, maruah bangsa dan murni agama

Perih lelah keringat di dahimu
adalah cerminan rasa
insan bergelar cikgu
mempertaruh segala usaha
mengabadi bahasa jiwa
menyemarak obor bangsa merdeka
kala musim sukar membatasi langkah

Bicaramu tentang sastera bangsa
menikam hatiku untuk bercinta dengannya
lantas kutulis sajak pertama berjodol "SENJA"
kau berkata, "Di tanganmu terletak seribu bicara,
menulislah dengan rasa
lontarkan falsafah membina jiwa"

Tiga dekad kulalui koridor kehidupan
setelah keluar dari bilik pembelajaran
meredah lurah payah
ditikam belati iri
menerobos lorong serong
mendaki gunung sanjung
menuruni lembah gundah
yang pasti hanya pesan keramatmu
"jadilah insan bersifat manusiawi"

Sesekali kurenung kembali
masa yang telah tertinggal di belakang
sejarah yang mengajar erti kehidupan
akan kuingati wajah tenangmu
dalam menghadapi karenah anak bangsa
Selamat pulang, cikgu
ke kamar tidur yang panjang
untukmu sebuah puisi sebagai kenangan
Al-Fatihah untukmu penyudah kalam.

20 Januari 2007.