Sungai Sarawak

Sungai Sarawak

Sungai Sarawak

Slide # 2

Slide # 2

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 3

Slide # 3

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 4

Slide # 4

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 5

Slide # 5

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Thursday, September 7, 2006

PEREMPUAN TUA DAN KOTA














Perempuan tua itu

adalah warga tanah pusaka

penghuni setia penempatan setinggan

di hujung kota cinta Margherita

padanya inilah dunia besar

tempat memintal benang zuriat

membentuk tenunan berwajah seribu

menjadi hiasan kota

Perempuan tua itu

adalah teman setia

pusat pelupusan sampah kota

membina kehidupan masa depan

di dalam kota cinta

dengan kesungguhan dan ketekunan

Perempuan tua itu

tidak meminta emas di perut bumi

cukup dengan longgokan sampah

untuk diselongkar khazanah

bukan rimba seluas dunia

hanya sebidang tanah untuk sebuah rumah

tidak meminta kontrak berjuta ringgit

cukup dengan kerja pengutip sampah

Baginya kota itu bukan tempat berdusta

kota itu adalah cerminan tamadun bangsa

tempat membina cinta

tempat harmoni bersemi

tempat simpati berdiri

Perempuan tua itu

adalah anak merdeka

cucu cicit leluhur bangsa

yang suatu ketika dahulu

pernah menabur budi

mempertahankan pertiwi

dari dendam petualang

Perempuan tua itu

bukan pengkhianat yang membunuh

kehidupan sebuah negara

bukan seorang pembelot

yang telah melemparkan kesedihan

dan menumpahkan air mata bangsa

perempuan tua itu

adalah kita yang masih percaya

erti merdeka di tanah pusaka

oleh:Pharo Abdul Hakim

2003

Kuching

Monday, September 4, 2006

Senja Jingga










Sungai mengalir jingga

senja luka berwajah duka

menjadi potret waktu

dibingkai pohonan hitam

sesekali dayung dihayun

alun riak dan debur ombak

meramas tebing hening

terpegun kumenanti

malam seribu duka


Senja membawaku pergi

mencari taman bahari

menerobos waktu lalu

terperosok di lubuk hati


Senja jingga berwajah muda

menghias kota dan masa muka

aku terdera oleh warna masa

terdampar di pangkalan alpa

menanti waktu sendu

dimamah malam kusam