Sungai Sarawak

Sungai Sarawak

Sungai Sarawak

Slide # 2

Slide # 2

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 3

Slide # 3

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 4

Slide # 4

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 5

Slide # 5

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Sunday, February 26, 2006

LAGU CINTA SEORANG LELAKI YANG ENGGAN MENJADI TUACinta itu adalah sahabat setia
di atas petas duka
adalah malam bertemankan tenang
menelusuri gelap pekat
sesejuk angin dingin
mendakap pohonan cemara di batas kota

Aduhai cinta
bait-bait kata dari jiwa remaja
dianyam menjadi puisi
terungkap bahasa abadi
untuk disimpan sampai mati

Wahai cinta
aku sudah tidak punya upaya
melukis malam seribu bintang
bertemankan suara pungguk
bertenggek di ranting kering
sepi dan sendiri
berahi menatap kekasihnya purnama
jauh di cakerawala
bercanda ditemani gugusan awan gemawan
bintang kejora dan sejuta cahaya
menyala membakar luka
kekasih yang lara

Setiap gerak setiap langkah
melalui lembah dan lurah
kutemui anak muda
bercerita tentang cinta
larik-larik madah menggugah seribu wajah
membawaku menatap sejarah
Lantas, aku pun kembali
mencari semalam yang hilang

Saat mentari kembali
bersembunyi di sebalik banjaran gunung
air sungai mengalir menjadi permata
selembut sutera, mendakap tebing yang kedinginan
jadilah aku seorang lelaki
tertinggal di zaman silam
dan usiaku semakin muda
(atau akukah yang enggan menjadi tua?)
menggoda dengan kata-kata
menjadikan bunga di laman
kembali kembang menguntum harum
dengan seribu warna sejuta wangian semerbak nirwana

Malam ini aku ingin bercerita tentang cinta
cinta wanita dari lembah nirmala
melangkah berani, meredah musim yang tak pasti
ketika mentari masih terlena
dan bulan teramat lelah

Kulayari subuh bersamanya
merentas lautan bening
yang tiba-tiba bertukar menjadi taufan
gelora menggila dan ombak menerkam pantai
pantai terkulai
dan kita pun saling memahami
erti lukisan pada kanvas resah berwarna payah
di permulaan babak cerita asmara
dalam satu episod cinta manusia
bernama Adam dan Hawa
menjelajahi belantara masa

Dari resah dan payah
dari perih dan letih
dari gundah dan goyah
kita terus mendakap cinta
memugar makna
dengan upaya yang terbatas
-malam semakin kelam
-alam semakin faham
-dan kita semakin terhumban
di dalam gaung pentafsiran
merungkai makna cinta
cinta pada nama; nama menjadi hina
cinta pada wanita; wanita semakin tua
cinta pada harta; harta dipinang papa
cinta pada takhta; takhta jatuh melata

Lalu kita terus mencari
meredah lembah goyah
merungkai simpul-simpul gundah
menjelajah daerah yang pasrah
di sini kita ketemu istana cinta
tertinggal di tebing lara

Telah kutanya pada malam
makna sebuah cinta
malam diam membungkam
kutanya pada langit
langit dihimpit perit
kutanya pada bulan
bulan berselendang gugusan awan hitam
alam terlalu setia pada cinta
cinta pada Rabnya

Lalu apakah kita harus biarkan istana cinta
menjadi punggur menanti saat tersungkur?
apakah cinta hanya terucap
pada malam bintang terpadam?
atau kita hanya tahu makna cinta
di atas ranjang yang tidak bernyawa?
kita terus tersesat di lembah fikir dangkal

Cinta itu suara hati
dari lubuk yang sepi
di daerah hakiki seorang insani
yang mengerti makna bisikan hati
yang memahami letak kasih iman
tersiram dengan wangian amal
mengasyikkan rasa
dan kita terus terpelihara
dalam satu kelompok jiwa
bertandang di dalam sebuah bahtera
belayar menuju ke satu pelabuhan
di ufuk yang tidak bertepi

Kunyanyikan lagu cinta kasih setia
seorang lelaki yang enggan menjadi tua
detik demi detik diucapkannya falsafah cinta
cinta pada nama; tersurat menjadi madah pujangga
cinta pada manusia; terjunjung menjadi permata
cinta pada wanita; dipahat menjadi arca
cinta pada harta; untuk difahami erti duka
cinta pada Azza wajalla; membuah manusiawi dari seorang manusia
agar dapat kembali
bersama seribu janji
untuk bertemu-Mu ya ILAHI
berlindung di bawah rahmat-Mu
Ya Rabbi...ya Rabbi..Ya.. Rabbi



Malam Mentafsir Cinta
24 Februari 2006 di DBPCS

Sunday, February 5, 2006

Mukah melangkah gah

Kujelajahi pekan kasih


Sepanjang cuti perayaan tahun baru Cina dan awal muharram yang lalu kugunakan untuk menjelajah beberapa bandar dan pekan di Sarawak. Tujuan utama untuk menjenguk Faizal yang berada di Balingian dan Khairul Anwar di Sibu. Entah macam mana, perjalanan kuteruskan hingga sampai ke Miri.

Aku dan keluarga bertolak dari Kuching kira-kira jam 7.30 pagi dan sampai ke Sibu jam 2.30 petang. Kami berehat sebentar di Sibu di rumah Khairul sebelum meneruskan perjalanan ke Mukah. Di Mukah Faizal telah menunggu kami. Kami bermalam di sebuah hotel di bandar Mukah.

Awal pagi berikut kami meneruskan perjalanan ke Miri. Sampai di Miri kami bermalam di sebuah hotel . Badan agak penat. Aku tak keluar ke mana-mana, terus tidur .
Keesokan hari barulah mula merayau-rayau di Miri. Miri semakin anggun dan bergaya.
Dua malam di Miri cukup menggembirakan. Aku sempat bertemu Abizai dan berbicara perkara biasa. Abizai seorang teman yang setia.

Keesokan hari aku dan keluarga berangkat balik menggunakan jalan baru yakni jalan pesisir menuju ke Bintulu. Berehat di Bintulu sebentar sebelum meneruskan perjalanan ke Balingian. Di Balingian aku cukup terasa ketenangannya. Air yang mengalir di Sungai Balingian mengingatkan aku akan zaman kecilku.Alangkah indahnya masa kita masih kanak-kanak. Namun semuanya telah berlalu. Kita tidak mungkin dapat undur ke belakang . Perjalanan perlu diteruskan....

Selepas berehat seketika di Balingian kami berangkat kembali ke Sibu untuk bermalam di rumah Khairul meninggalkan Faizal di Balingian..keseorangan..itu yang diimpikannya..kehidupan di Ladang sawit.

Di Sibu tak banyak aktiviti , sempat melawat seoarang saudara sebelum berehat dan tidur.
Esoknya berangkat ke kuching. Dalam perjalanan sempat berhenti di Saratok untuk membeli sedikit ikan kering..

Jam 3.00 petang sampai ke Kuching. Kehidupan kembali seperti biasa..

Friday, February 3, 2006

Jangan Balingian, jangan...